Beranda | Artikel
Pengertian Islam Iman dan Bolehnya Bertanya
Rabu, 17 Juni 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Pengertian Islam Iman dan Bolehnya Bertanya merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah كتاب صحيح الترغيب والترهيب (kitab Shahih At-Targhib wa At-Tarhib) yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Rabu, 26 Syawwal 1441 H / 17 Juni 2020 M.

Download kajian sebelumnya: Kisah Tiga Orang Yang Bertawasul Kepada Allah Melalui Amal Shalih

Kajian Islam Tentang Pengertian Islam Iman dan Bolehnya Bertanya

Kita masuk hadits yang ketiga karena hadits yang kedua sama dengan hadits yang pertama dan sudah kita bahas.

Hadits ke-3, dari Abu Firas dia berkata ada seorang memanggil dan berkata:

يا رسول الله ما الإيمان

“Ya Rasulullah, apakah itu iman?”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الإخلاص

“Yaitu ikhlas”

Sementara dalam lafadz yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

سلوني عما شئتم

“Silahkan kalian bertanya apa yang kalian mau.”

فنادى رجل يا رسول الله ما الإسلام

“Lalu ada orang yang menyeru dan bekata: ‘Ya Rasulullah, apa itu Islam?`”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إقام الصلاة وإيتاء الزكاة

“Islam itu adalah mendirikan shalat dan membayar zakat.”

Lalu di aberkata lagi:

فما الإيمان

“Apa itu iman wahai Rasulullah?”

Kata Rasulullah:

الإخلاص

“Ikhlas”

Lalu dia berkata lagi:

فما اليقين

“Apa itu yakin?”

Kata Rasulullah:

التصديق

“Membenarkan.”

Dikeluarkan oleh Baihaqi dan Al-Mundziri menganggap hadits ini mursal. Karena Al-Mundziri menganggap bahwa Abu Firas, perawi hadits ini bernama Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami seorang tabi’in. Akan tetapi Syaikh Albani membantah. Beliau mengatakan bahwa yang dirajihkan oleh Ibnu Abdil Barr demikian pula Ibnu Hajar Al-Asqalani bahwa Abu Firas di sini bukan Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami. Akan tetapi ia seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang di mana diantara sahabat itu ada yang kunyahnya adalah Abu Firas. Dan ini dia, ia seorang sahabat tanpa ada perselisihan para ulama. Sehingga tidak bisa dikatakan bahwa sanadnya mursal. Alhamdulillah. Berarti hadits ini shahih, bersambung.

Faidah-Faidah Hadits

Hadits ini memberikan kepada kita faidah:

Bolehnya bertanya kepada ahli ilmu

Pertama, bolehnya bertanya kepada ahli ilmu dalam perkara-perkara yang kita butuhkan dalam syariat. Lalu bagaimana dengan hadits larangan banyak bertanya? Tidak bertabrakan. Kata Syaikh Utsaimin Rahimahullah, kita boleh bertanya dalam dua keadaan:

  1. Dalam perkara agama atau syariat yang kita butuhkan. Misalnya kita mengalami atau menghadapi permasalahan yang sangat membutuhkan jawaban dari para ahli ilmu, maka pada waktu itu kita segera bertanya, diperbolehkan.
  2. Ketika kita berusaha ingin memahami suatu pelajaran yang sedang kita pelajari. Misal kita sedang belajar ilmu waris tapi ternyata kita banyak tidak pahamnya. Untuk bisa memahaminya tiada lain adalah dengan cara bertanya kepada guru. Maka saat itu boleh. Karena ini maslahat besar.

Adapun selain ini, kita tidak ada kebutuhan lalu kita mikir-mikir: “bertanya apa ya?” Maka yang seperti ini tidak boleh. Karena dikhawatirkan -kata para ulama- akan menjerumuskan kepada banyak bertanya yang dilarang oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Makanya dahulu para sahabat dilarang oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk banyak bertanya. Dahulu para sahabat merasa suka kalau ada orang Arab badui yang datang untuk bertanya.

Download mp3 Kajian Tentang Pengertian Islam Iman dan Bolehnya Bertanya


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48579-pengertian-islam-iman-dan-bolehnya-bertanya/